Kategori
Kesehatan

Lima Belas Tahun Merokok Akhirnya Berhenti

no-smoking    
Apa yang saya tulis berikut adalah sekedar sharing pengalaman, bukan tips ataupun sebuah metode. Sebuah pengalaman mulai dari sekedar keinginan untuk berhenti merokok hingga benar-benar berhenti dan alhamdulillah tidak kambuh lagi hingga sekarang sudah 12 tahun.

Saya dari keluarga perokok. Ayah saya perokok, ibu saya pernah merokok meski cuma sekali-sekali dulu saat berjualan tembakau eceran di waktu saya masih usia SD, almarhumah adik perempuan saya juga perokok, bibi-bibi dari garis ibu semuanya merokok dalam jangka waktu lama meski sekarang sudah berhenti, bahkan nenek dari garis ibu juga merokok dari usia remaja hingga usia 82 tahun.  Demikian pula nenek dari garis ayah sekali-sekali merokok meski kemudian lebih suka mengulum tembakau (jawa: nyusur). Kakek saya demikian pula. Saya sendiri berkenalan dengan rokok sejak usia SD, namun saat itu baru sekedar meniru-niru orang dewasa, belum sampai menjadi seorang pecandu. Saya efektif menjadi seorang perokok adalah saat kelas 3 sekolah lanjutan atas. Mulai dari sebatang seminggu hingga menjadi 1 bungkus sehari. Bahkan bisa lebih jika harus begadang mengerjakan tugas-tugas sekolah dan kuliah baik sendiri maupun kelompok. Hingga pada suatu waktu setelah 10 tahun lebih, merokok menjadi sesuatu yang tidak lagi menyenangkan bagi saya, karena waktu itu saya sudah tidak lagi bisa merasakan nikmatnya rasa rokok, baik yang kretek (pakai cengkeh)  maupun yang ‘putihan’ (tidak pakai cengkeh). Baik yang pakai filter maupun yang tidak pakai. Juga seringkali setiap habis merokok kepala ini terasa pusing dan perut mual-mual. Belum lagi tenggorokan terasa kering dan terasa gatal hingga sering harus batuk-batuk.

Dari situ muncul keinginan untuk berhenti merokok meski mungkin cuma satu atau dua hari saja sekedar untuk mengurangi rasa tidak enak di mulut dan tenggorokan serta rasa pusing di kepala. Tapi keinginan tinggal keinginan, kenyataannya setengah haripun tidak pernah berhasil. Setiap pengin berhenti atau mengurangi rokok, setiap kali pula gagal, demikian terjadi berulang-ulang.

Setiap bulan Ramadhan, saya tidak ada masalah untuk tidak merokok di siang hari saat puasa. Hanya saja ketika maghrib tiba dan juga sehabis tarawih adalah saat balas dendam merokok sepuasnya, demikian pula setelah makan sahur pasti saya sempatkan merokok. Hal itu sudah berlangsung bertahun-tahun selama saya aktif merokok. Ketika menginjak Ramadhan tahun 1997, terjadi sesuatu yang tidak biasanya. Selama seminggu pertama puasa saya sama sekali tidak punya keinginan untuk merokok. Itu terjadi begitu saja tanpa rencana dan kesengajaan. Alhasil seminggu itu sebatangpun saya tidak merokok baik siang (ya iyalah kan puasa) maupun malam hingga subuh tiba. Sayangnya cuman seminggu saja, habis itu nyerah dan merokok lagi.

Yang menurut saya aneh dan juga cukup menggelikan adalah ternyata di Ramadhan berikutnya hal itu terulang lagi padahal sehabis berhenti merokok yang cuman 7 hari itu saya merokok berat lagi seperti biasanya. Kali ini di Ramadhan 1998 malah sampai 15 hari berhasil tidak merokok. Sepuluh hari pertama relatif sangat mudah, lima hari berikutnya memang berat dan setelah itu nyerah merokok lagi.

Akhirnya seperti sudah menjadi tradisi, di Ramadhan berikutnya terjadi lagi saya tidak merokok dan kali ini benar-benar beda dari sebelumnya, tidak cuman 7 atau 15 hari saja melainkan bisa berlanjut hingga setahun lebih. Hanya di tahun 2001 saya masih merokok tapi itu hanya beberapa batang saja yang bisa dihitung dengan jari. Jadi setelah 15 tahun merokok, saya sekarang sudah berhenti total.

Di awal telah saya tulis bahwa ini sekedar sharing bukan metode atau tips berhenti merokok karena memang demikian yang terjadi, pada saat saya pengin berhenti selalu gagal, pada saat saya tidak berencana berhenti malah akhirnya berhenti meski secara bertahap.

Saya tidak tahu, mungkin keinginan berhenti merokok yang berkali-kali itulah yang menjadi “kekuatan” untuk suatu hari saya benar-benar berhenti merokok. Kekuatan yang mungkin disebut dengan sugesti. Mungkin saja saya selama itu telah mensugesti diri saya sendiri untuk berhenti merokok dengan cara terus-menerus mengatakan pada diri saya sendiri untuk berhenti merokok, meski saat itu berkali-kali pula gagal.

Saya juga tidak tahu, mungkin juga ada faktor eksternal di lingkungan saya yang saya tidak menyadari yang mungkin juga berpengaruh dan memberi saya kekuatan untuk berhenti merokok. Yang jelas saya sekarang sudah tidak merokok lagi. Jika saya bisa, andapun pasti bisa. Entah bagaimana caranya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *