Kapal Pinisi merupakan kapal layar tradisional terbesar di Indonesia yang sudah ada sejak abad ke 17. Untuk membuat perahu Pinisi dibutuhkan kayu yang berumur sekurangnya 50 tahun, untuk perahu yang lebih kecil cukup dengan kayu yang berumur sekitar 25 tahun. Kayu yang digunakan dari jenis kayu besi, bitti, punaga dan kandole demikian orang dari kampung Ara Bulukumba Sulawesi Selatan menyebutnya. Sedangkan ukuran tonase kapal Pinisi saat ini rata-rata berkisar antara 120-200 ton. Ada juga yang sampai 500 ton.
Untuk memulai membangun sebuah kapal Pinisi, para punggawa atau panrita lopi, sebutan bagi pembuat kapal Pinisi, senantiasa mematuhi beberapa ritual yang diyakini sebagai syarat agar proses pembangunan kapal berlangsung aman dan berhasil. Antara lain saat memilih pohon yang akan diambil kayunya, cara memotong kayu hingga penyembelihan hewan korban saat peluncuran jika kapal telah selesai dibangun. Kayu yang dipakai tidak boleh kayu bekas, kayu dari pohon tumbang, kayu yang mengambang dan kayu yang ada cacatnya. Untuk hewan korban dipilih kambing jika tonase kapal sampai 100 ton dan seekor sapi jika lebih. Setelah diluncurkan dan mengapung di air, maka dilakukan pemasangan dua tiang kapal dan tujuh layar ditempatnya.
Kapal Pinisi tidak hanya dipakai di Indonesia. Beberapa dari mancanegara juga memesan kapal ini dari orang Bulukumba. Pesanan datang dari Belanda, Australia, Malaysia, Singapura, Jerman, Italia dan Perancis. Jika di dalam negeri biasanya dipakai sebagai kapal muat barang, maka di mancanegara kapal ini biasanya dipakai sebagai kapal layar pesiar. Harga kapal Pinisi bervariasi sesuai dengan kesepakatan antara pembuat dan pembeli. Sebagai contoh harga untuk kapal dengan tonase 350 ton di akhir tahun 2010 adalah sebesar Rp 200 juta. Tentunya harga akan semakin tinggi kelak apalagi jika ketersediaan bahan baku semakin langka.
Salah satu contoh kapal pinisi yang fenomenal adalah diluncurkannya kapal Phinisi Nusantara yang dibuat pada tahun 1984 berbobot 150 ton dengan panjang badan kapal 37,5 meter dan lebar 8 meter. Dikatakan fenomenal karena kapal ini khusus dibuat dan diluncurkan untuk misi muhibah berlayar ke Vancouver Expo di Canada tahun 1986 dalam rangka promosi kejayaan kelautan Indonesia. Selesai di Vancouver Phinisi Nusantara melanjutkan pelayaran ke San Diego Amerika Serikat sebelum kembali ke tanah air. Total jarak pelayaran yang dilakukakan oleh kapal Phinisi Nusantara dari Jakarta ke Vancouver adalah sekitar 11,000 mil laut dan 1,650 mil laut dari Vancouver ke San Diego selama 67 hari. Namun kemudian kapal ini menemui beberapa masalah sehingga harus diangkut dengan kapal kargo berbendera Belanda kembali ke tanah air. Setelah diperbaiki kapal ini dijadikan kapal wisata dalam negeri yang melayani pelayaran di Kepulauan Seribu, Selat Sunda hingga ke Bali. Pada bulan September 2002 Phinisi Nusantara ini kandas menabrak karang di kawasan perairan Kepulauan Seribu.
Sumber : Tempo English Edition, November 2010